Menikmati senja dipantai pangandaran
Travelingkuy99 - Menikmati suasana matahari tenggelam atau sunset bagi masyarakat sekitar Pantai Pangandaran tentu sudah tak asing lagi.
Tentu berbeda dengan yang dirasakan oleh wisatawan yang ketika waktu senja tiba mereka akan merapat ke kawasan pantai barat. Guyuran sinar jingga dan suasana syahdu memberikan kepuasan tersendiri saat menikmati senja di pantai.
Lalu bagaimana masyarakat sekitar Pantai Pangandaran menghabiskan waktu sorenya? Rupanya warga pantai Pangandaran lebih memilih pantai timur Pangandaran untuk menghabiskan waktu sore. Walau tak menyaksikan matahari tenggelam, namun suasana di pantai timur selalu ramai oleh penduduk Pangandaran.
Apalagi di akhir pekan, warga Pangandaran biasanya banyak yang menghabiskan waktu di pantai timur untuk mengasuh anak-anak atau sekedar duduk-duduk santai di tepi pantai. Sementara anak-anak pantai usia sekolah, tampak asyik berenang bercengkerama bersama gulungan ombak.
"Biar tamu atau wisatawan saja yang berkumpul di pantai barat, warga Pangandaran mah disini saja di pantai timur," kata Mulyadi warga Jalan Kidang Pananjung pantai Pangandaran, Sabtu (6/3/2021).
Mulyadi mengatakan sebagai warga di kawasan wisata, pihaknya ingin memberikan ruang yang nyaman bagi wisatawan untuk menikmati keindahan pantai Pangandaran terutama di waktu senja. "Walaupun sebenarnya nggak diatur juga, bebas-bebas aja. Tapi mungkin karena sudah kebiasaan, warga asli Pangandaran mah justru lebih senang menghabiskan waktu sore di pantai timur," kata Mulyadi.
Keramaian warga ini secara otomatis mengundang kehadiran para pedagang makanan. Ragam jajanan mulai dari cilok, cireng, cakwe dan sejenisnya ditawarkan oleh para pedagang.
Namun sekian banyak pedagang ada seorang pedagang cilok yang menarik perhatian. Sosok pedagang cilok ini berbeda, dia gadis remaja. Namanya Dini Novitasari (16) warga Dusun Jamban Desa Sidaharja Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis.
Sudah setahun terakhir dia berkeliling mendorong gerobak menjual cilok di Pangandaran. Dini mengaku putus sekolah saat masih duduk di bangku SMA kelas 1. Dini berjualan bersama bapak dan kakaknya. "Iya saya putus sekolah. Katanya kalau warga Pangandaran mah sekolah gratis ya? Sayangnya KTP saya Ciamis," kata Dini.
Menurutnya sudah banyak yang menyarankan untuk menjadi warga Kabupaten Pangandaran agar dapat sekolah gratis.
"Iya sih enak, bisa sekolah dan berobat gratis jika memiliki KTP Pangandaran. Tapi untuk sementara biar seperti ini saja. Mungkin Bapak saya punya pertimbangan lain," ujar Dini.
Lebih lanjut Dini mengungkapkan omzet dagangannya yang sepi akibat pandemi Corona. Kondisi pandemi membuat tingkat kunjungan wisatawan menurun, praktis kondisi itu berpengaruh pula terhadap usahanya.
"Sekarang mah sepi, tuh sudah sore begini baru dapat Rp 45 ribu. Kalau dulu-dulu bisa dapat Rp 200 ribu," katanya. Kondisi pandemi juga membuat Dini dan keluarga tak sanggup lagi mengontrak tempat tinggal.
Sehingga setiap hari dia harus pulang pergi dari Lakbok ke Pangandaran. "Sekarang kami bertiga, saya, bapak dan kakak pulang pergi Lakbok - Pantai Pangandaran. Gerobak saya titipkan di mesjid di komplek Pasar Wisata. Sudah dapat izin dari Pak Ustad," tutur Dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar