Travelingkuy99 - Sabang merupakan wilayah kepulauan di Provinsi Aceh, dengan Pulau Weh sebagai pulau terbesar. Ini merupakan kawasan paling utara di Indonesia, tepatnya di Pulau Rondo, yang dikelilingi Selat Malaka di bagian utara, serta sisi selatan dan barat berbatasan dengan Samudra Hindia.
Saat Aceh dilanda tsunami pada 2004, Sabang sebenarnya bukanlah "wilayah pengecualian." Namun, palung-palung yang sangat dalam di Teluk Sabang membuat wilayah ini terdampak lebih minimal. Karenanya, kala itu Sabang dijadikan tempat transit udara dan laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh.
Namun, hal-hal menarik tentang Sabang tak hanya itu. Liputan6.com merangkum enam fakta menarik di antaranya yang dikutip dari berbagai sumber, Jumat, 2 April 2021.
1. Kilometer Nol
Tugu di Desa Iboih, Kecamatan Sukakarya, Sabang ini dibangun untuk menandai titik mula wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tugu Kilometer Nol ini dibangun dengan cat putih dan tingginya sekitar 43,6 meter di atas permukaan laut.
Di puncak tugu ini terdapat patung Garuda yang mencengkeram perisai membentuk angka nol. Monumen ini memiliki empat pilar penyangga yang bermakna simbol batas-batas negara, yakni Sabang sampai Merauke, Miangas hingga Rote.
Penetapan posisi geografis pada Kilometer Nol ini juga telah diuji Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menggunakan Global Positioning System.
2. Pelabuhan Andalan
Sebelum Perang Dunia II, Sabang jadi kota pelabuhan terpenting di Selat Malaka, bahkan lebih penting dibanding Temasek yang kini disebut Singapura. Pelabuhan Sabang telah dikenal sejak 1895 dengan istilah Vrij Haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang kemudian dilanjutkan dengan nama Sabang Maatschaappij.
Selain itu, Pelabuhan Sabang juga sempat dijadikan sebagai pelabuhan militer dan garis pertahanan terdepan pasukan Jepang dalam menghadapi serangan Sekutu pada 1942. Tak heran, jika kemudiam terdapat banyak peninggalan benteng, serta tempat berlindung alias bungker Jepang yang masih tersebar dan kokoh di sekeliling garis pantai, juga area perbukitan.
3. Kota Seribu Benteng
Sabang punya ribuan benteng peninggalan Angkatan Laut Jepang yang sebagian di antaranya masih berdiri kokoh. Julukan Kota Seribu Benteng pun tersemat pada titik paling utara Indonesia ini.
Jepang membangun benteng dan bungker di sekeliling garis pantai dan perbukitan Sabang untuk memperkuat pertahanan mereka, seperti di Ujung Kareung, Aneuk Laot, Bukit Sabang, dan sepanjang Pantai Kasih.
Pada 1942--1945, Sabang jadi pangkalan Angkatan Laut yang besar. Pasalnya, semasa pemerintahan Hindia Belanda, Pulau Weh dijadikan sebagai titik utama penyimpanan minyak untuk kapal laut.
4. Eks Pusat Pertahanan Angkatan Laut
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang jadi pusat pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan perintah penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS.
Kemudian, semua aset pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli pemerintah Indonesia. Kemudian, pada 1965, dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang dan dirintisnya gagasan awal untuk membukanya kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas.
5. Jadi Kawasan Pelabuhan Babas dan Perdagangan Bebas
Sejak 1868, Sabang telah jadi pusat perdagangan dan tempat persinggahan kapal-kapal. Sejak saat itu, Sabang berpotensi besar untuk jadi pusat perdagangan dan pelabuhan bebas.
Pada 2000, Sabang disahkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas dengan lahirnya UU no. 37 Tahun 2000. Sampai kini, Sabang masih tetap mempertahankan diri sebagai kawasan perdagangan bebas.
6. Makanan Khas Sabang
Pada dasarnya, makanan khas Sabang tak jauh berbeda dengan makanan khas Aceh, yakni identik dengan sajian berbahan dasar ikan laut. Salah satunya adalah satai gurita yang biasanya dinikmati dengan lontong dan dicocol sambal kacang.
Makanan khas Sabang selanjutnya, yakni mi pingsun. Kuliner ini memiliki beragam isian seafood, mulai dari cumi, udang, sampai ikan. Penyajiannya juga dilengkapi dengan sayuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar