Selasa, 17 Agustus 2021

Tentang Baia, Kota Maksiat Zaman Romawi Kuno yang Kini di Dasar Laut

Travelingkuy88 - Ada kota kuno dari zaman Romawi yang dikutuk karena penuh maksiat. Sekarang kota ini ada di dasar laut.

Orang-orang super kaya Romawi kuno biasa melakukan perjalanan akhir pekan ke kota Baia untuk berpesta pora. Mereka yang berduit yang tak habis tujuh turunan membangun vila-vila mewah di pantai. Lengkap dengan spa dan kolam berubin mosaik tempat mereka dapat memuaskan hasrat terliar.

Bahkan, ada penduduk menyediakan nymphaeum atau gua pribadi yang dikelilingi oleh patung-patung marmer. Itu semua didedikasikan semata-mata untuk 'kesenangan duniawi'.

Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, di zaman Romawi Baia adalah Las Vegas-nya. Sebuah kota resor sekitar 30 km dari Napoli, di pesisir barat Italia. Kota ini melayani hasrat para penyair, jenderal dan semua orang di sekitar lingkaran mereka.

Orator kawakan Cicero menyusun pidatonya di masa beristirahatnya di tepi teluk, sementara penyair Virgil dan Pliny sang naturalis memilih tempat tinggal yang mudah dijangkau dari pemandian umum yang menyegarkan. Itu juga tempat orang-orang kaya dan berkuasa datang untuk melakukan urusan-urusan tak senonoh.

Ada banyak kisah intrik terkait dengan Baia," kata John Smout, seorang peneliti yang telah bermitra dengan para arkeolog lokal untuk mempelajari situs tersebut, dalam artikel BBC Travel yang berjudul 'Ancient Rome's sinful city at the bottom of the sea' yang diterbitkan pada tahun 2018.

Rumor menyebut bahwa Cleopatra melarikan diri dengan kapalnya dari Baia setelah Julius Caesar dibunuh pada 44 sebelum masehi. Sementara, Julia Agrippina merencanakan kematian suaminya Claudius di Baia sehingga putranya Nero bisa menjadi kaisar Roma.

"Dia meracuni Claudius dengan jamur mematikan," Smout menjelaskan.

"Tapi entah bagaimana dia selamat, jadi pada malam yang sama, Agrippina meminta dokternya untuk memberikan enema labu liar beracun, yang akhirnya berhasil."

Air mineral dan iklim yang lembut pertama kali menarik kaum bangsawan Roma ke Baia pada paruh kedua abad ke-2 SM, dan kota itu dikenal oleh mereka sebagai Ladang Phlegraean (atau 'menyala'), dinamakan demikian karena kaldera yang menandai wilayah tersebut.

"Saya mengunjungi situs itu ketika seorang bocah lelaki dan pemandu menusuk tiang payung ke tanah dan uap dan lahar keluar," kenang Smout.

Kaldera dihormati oleh orang-orang Yunani dan Romawi kuno sebagai pintu masuk ke dunia bawah tanah. Tetapi itu juga memicu sejumlah kemajuan teknologi seperti penemuan lokal semen tahan air, campuran kapur dan batuan vulkanik, memacu konstruksi kubah lapang dan fasad marmer, serta kolam ikan pribadi dan kamar mandi mewah.

Di balik latarnya yang menjadi kota maksiat, Baia juga kaya akan aktivitas gunung berapi yang itu juga menjadi pendukung kejatuhannya.

Selama beberapa abad, bradyseism, naik turunnya permukaan bumi secara bertahap yang disebabkan oleh aktivitas hidrotermal dan seismik, menyebabkan sebagian besar kota tenggelam ke dalam kuburan air hingga saat ini.

Minat wisatawan di garis pantai yang dulunya populer itu terulang kembali pada tahun 1940-an. Hal ini disebakan oleh seorang pilot membagikan foto udara sebuah bangunan tepat di bawah permukaan laut.

Butuh waktu lama juga bagi pejabat Italia menugaskan kapal selam untuk mensurvei bagian bawah laut kota ini. Apa yang mereka temukan sangat menarik. Situs arkeologi bawah laut ini secara tak resmi diberi predikat sebagai kawasan lindung laut yang pada tahun 2002, akhirnya dibuka untuk umum.

Semenjak teknologi pemindaian 3D dan teknologi lainnya dalam arkeologi laut berkembang, akhirnya terpaparlah pandangan pertama kali ke dalam bab kuno ini.

Penyelam, sejarawan dan fotografer telah mendokumentasikan rotunda dan portico yang tenggelam, termasuk Kuil Venus yang terkenal (bukan kuil, tetapi sebuah sauna termal) penemuan yang pada gilirannya memberikan petunjuk untuk pesta pora paling keterlaluan di Roma.

Reruntuhan ini sebenarnya terletak di perairan yang relatif dangkal, hanya di kedalaman rata-rata 6 meter yang memungkinkan pengunjung untuk melihat beberapa struktur bawah laut dari kapal berlantai kaca, atau videobarca. Namun karena pergerakan kerak bumi, letaknya yang dulu di dasar laut, jadi naik turun hingga terlihat ke permukaan.

Pusat penyelaman lokal seperti Centro Sub Campi Flegreo (yang bermitra dengan BBC dalam film dokumenter tentang Baia baru-baru ini) juga menawarkan wisata snorkeling dan scuba city di kota yang tenggelam beberapa kilometer di Laut Tyrrhenian.

Pada hari yang tenang, pengunjung dapat melihat kolom-kolom Romawi, jalan-jalan kuno, dan alun-alun yang diaspal dengan rumit. Patung Octavia Claudia (saudara perempuan Kaisar Claudius) dan Ulysses menandai pintu masuk ke gua bawah air, lengan mereka yang terentang penuh dengan teritip.

Ada banyak yang bisa dilihat di atas garis air. Bahkan, banyak dari patung yang terendam sebenarnya adalah replika dan yang aslinya dapat ditemukan di atas bukit di Kastil Baia. Patung ini dikelola oleh Pengawas Arkeologi untuk Campania dalam sebuah museum, dimana patung ditarik dari laut.

Banyak reruntuhan Romawi di atas tanah juga terlihat dekat di Parco Archeologico delle Terme di Baia, bagian dari kota kuno yang masih di atas permukaan laut. Digali pada tahun 1950 oleh Amedeo Maiuri, arkeolog yang juga menggali Pompeii dan Herculaneum, situs sejarah di atas tanah menampilkan sisa-sisa teras mosaik dan pemandian berkubah.

Di sekitar Parco Archeologico delle Terme di Baia, Baia modern adalah bayang-bayang kemegahan sebelumnya, meskipun Baia masih menangkap aura kemalasan dan kesenangan.

Saat ini, garis pantai yang dulunya dipenuhi dengan rumah-rumah besar dan tempat pemandian telah berubah menjadi kawasan yang memiliki marina kecil, hotel, dan beberapa restoran makanan laut yang berbaris di jalan sempit yang membentang di timur laut menuju Napoli.

Sayang sekali, waktu mungkin habis untuk melihat peninggalan yang hilang dari kemewahan Italia kuno ini. Karena seismolog memperkirakan aktivitas vulkanik lebih lanjut di sepanjang pantai Baia dalam waktu dekat, membuat nasib kota tidak menentu lagi.

Sebanyak 20 gempa kecil tercatat di daerah ini tahun 2017, dan pembicaraan dalam beberapa tahun terakhir telah menyentuh secara permanen menutup reruntuhan yang tenggelam ke pengunjung.

untuk saat ini, pengunjung dapat mencari pintu masuk tersembunyi di kota bawah laut ini. Jika bukan ke dunia bawah, setidaknya ke beberapa harta bawah tanah yang spektakuler.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar