Selasa, 14 September 2021

Ada yang Unik dari Patung Saloi di Pulau Halmahera

Travelingkuy88 - Patung yang menjadi ikon Halmahera Barat memberi makna bahwa para perempuan terbiasa kerja keras dan ulet demi masa depan anaknya. Seperti apa?

Tak jauh dari pelabuhan tempat speedboat kami bersandar, ada penampakan patung besar di tengah taman Teluk Jailolo Halmahera Barat. Dulunya, patung tersebut dibangun untuk menyambut Festival Jailolo yang diselenggarakan pemerintah daerah tahun 2015 untuk menarik wisatawan.

Warga setempat menyebut patung itu dengan sebutan Patung Saloi. Bentuknya seperti sosok seorang ibu sedang membawa bakul dari anyaman bambu, pelepah sagu, kulit pohon dedor, atau rotan. Bentuknya mirip keranjang atau bakul yang didesain mengecil di bagian bawah, dengan penampang atas berbentuk bulat dan penampang bawah persegi panjang.

Bagian belakangnya dipasang dua tali agar bisa digendong layaknya ransel. Bakul keranjang itulah yang dinamakan Saloi, ransel gendong unik khas Maluku Utara. Mayoritas perempuan di Halmahera Barat akan menggendong Saloi untuk beraktivitas saat berkebun. Hal ini tak bisa lepas dari mata pencaharian warga sebagai petani rempah-rempah, terutama ibu-ibu dan jujaru 'gadis Maluku Utara', akan bepergian sambil membawa saloi.

"Dulu itu kakak, Saloi sering dipakai orang tua kita to. Kalau sedang panen padi atau palawija di ladang, kitorang membawanya sebagai alat tradisional. Untuk mengangkut hasil bumi dari bercocok tanam," kata Astriyani Wambes warga setempat.

Para perempuan di sini sering membantu suami dengan menginap di gubuk dalam hutan selama seminggu. Akhir pekan, mereka pulang dengan membawa hasil kebun yang digunakan untuk menghidupi anak-anaknya hingga sukses.

Patung Saloi ini melambangkan kegigihan seorang Ibu dalam membesarkan anak-anaknya dengan hasil tanam ladangnya. Saloi yang dibawa turun gunung biasanya berisi buah kelapa, palawija, pala, cengkeh, singkong, durian, dan kenari yang menjadi komoditas utama Maluku.

Bisa juga untuk membawa kayu bakar, pakaian, ikan atau hasil laut nelayan yang ditukar dengan hasil panen. Patung Saloi juga memberi makna bahwa perempuan Halmahera Barat terbiasa kerja keras dan ulet. Hasil alam yang ada disimbolkan sebagai bekal untuk kemajuan dan keberhasilan demi cita-cita bersama masa depan.

"Patung ini seolah memberi penghormatan terhadap perempuan Halmahera Barat kak. Sebagaimana orang tua saya yang telah bersusah payah menggunakan Saloi sebagai alat pendukung mengangkut hasil bumi dan beraktivitas sehari-hari," lanjut perempuan yang akrab dipanggil Astri Wambes itu.

Taman festival jailolo tempat Patung Saloi dibangun punya potensi menarik wisatawan lokal dan mancanegara. Terlebih di taman ini juga dilengkapi fasilitas umum dan dapat diakses dengan mudah oleh penduduk kota.

Ragam kuliner khas Maluku Utara yang siap menggoyang lidah juga tersedia berjejer di sini. Jika sore tiba, masyarakat bisa menikmati matahari terbenam di taman Festival Jailolo, sedangkan untuk melihat matahari terbit di pagi hari akan berhadapan langsung dengan Patung Saloi.

Meskipun tertutup gunung dan bangunan tapi kita bisa menikmati pancaran sinar mentari yang muncul dari arah timur. Saat ini Saloi tidak hanya digunakan untuk berkebun saja tetapi sudah mulai dijadikan cinderamata khas Halmahera Barat. Selain saloi, wisatawan bisa juga membeli tolu, sejenis topi lebar yang dianyam pakai kulit bambu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar