Senin, 28 Juni 2021

Perjalanan Pantai Perupuk, Tempat Pertahanan Jepang-Kawasan Wisata

 Travelingkuy99 - Sebuah pantai yang berada di Kecamatan Batu Bara, Sumatera Utara menyimpan sejuta cerita dan kenangan bagi masyarakat sekitar. Pantai tersebut adalah Pantai Perupuk atau yang biasa dikenal dengan Pantai Sejarah.

Bukan hanya sekedar isapan jempol belaka menamai pantai ini Pantai Sejarah. Hal ini mengingat banyak cerita yang telah dilalui pantai ini sejak dahulu kala hingga kini beralih menjadi tempat wisata nan indah yang menghadap langsung ke Selat Malaka.

Menurut, Ketua Kelompok Tani Cinta Mangrove Kabupaten Batubara, Azizi, sejarah pantai dengan panjang kurang lebih 5 kilometer ini dimulai pada tahun 1942, ketika perang dunia ke 2. Kala itu, Jepang melihat potensi pantai ini sebagai tempat pertahanan yang strategis dan memutuskan untuk mendarat di Pantai ini.

Dulu tahun 1942 Jepang pertama mendarat di pulau Sumatra, lalu ada bunker jepang dan tempat pertahanannya. Lalu ketika kita merdeka akhirnya pantai ini ditinggal begitu saja dengan segala peninggalannya," kata Azizi kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.

Hingga saat ini, peninggalan dari Jepang masih terlihat di beberapa titik sepanjang pantai. Salah satunya adalah Goa Jepang yang masih ada detik ini. Selain itu, masih terdapat puing-puing bekas benteng pertahanan Jepang yang pernah berdiri kokoh di pantai ini.

Singkat cerita, di tahun 1978-1979, pantai indah ini beralih fungsi menjadi tempat pemijahan berbentuk tambak sistem permanen dengan atap kaca. Sayangnya, program yang kala itu diusung oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tidak berhasil, sehingga hanya meninggalkan struktur bangunan.

Pantai ini pun kemudian juga sempat mengalami abrasi besar-besaran yang disebabkan oleh penjualan pasir kuarsa. Ditambah lagi dengan proses sedimentasi tanah yang timbul. Pantai ini juga sempat dibangun sebuah jembatan berbentuk U, tapi sayangnya ditinggalkan begitu saja dan rusak.

Dulu juga area ini dipakai sebagai tempat latihan ABRI/TNI. Setelah sudah tidak dipakai, pantai ini akhirnya rusak begitu saja. Lalu, dibangun gubuk kecil di area pinggiran pantai, sempat jadi area penjualan miras, narkoba, prostitusi," ungkap Azizi.

Seiring berjalannya waktu, Kabupaten Batubara mengalami pemekaran di tahun 2006 dan mengambil alih Pantai bersejarah ini. Dari sini, Azizi punya ide untuk menjadikan pantai sejarah ini menjadi objek wisata.

"Lalu saya mengusulkan untuk merubah pantai sejarah ini menjadi objek wisata dengan membangun gazebo dan sentra kuliner. Lalu kita bangun wahana-wahana yang memancing pengunjung sehingga banyak orang bisa berjualan dan situasi ekonominya bisa jadi berubah di sekitar wilayah ini," katanya.

Kini, tempat yang memiliki segudang sejarah tersebut sudah ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar. Di pantai ini, pengunjung juga dapat melakukan berbagai aktivitas, mulai dari menikmati pasir pantai yang lembut, berfoto di jembatan yang dibuat Azizi dan kelompoknya hingga makan-makan di gazebo sekitar jembatan.

"Kemudian dipush lah pembangunan semua disini. Ya, masih banyak juga orang yang belum percaya pantai sejarah sudah menjadi seperti sekarang karena dulu tempat yang negatif," jelasnya.

Di masa pandemi kali ini, pantai sejarah tersebut juga masih ramai dikunjungi oleh masyarakat. Pastinya pengelola pantai tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti menyediakan tempat cuci tangan, menerapkan jarak, hingga penempatan fan penyemprot disinfektan di pintu masuk.

Pantai ini juga menjadi tempat pelestarian mangrove yang ditanam oleh Azizi dan 142 anggota Kelompok Tani Cinta Mangrove. Dalam kegiatan ini, Azizi tak sendiri, sebab banyak pihak yang membantu Azizi dan kelompoknya dalam melestarikan pantai penuh cerita tersebut.

Salah satunya adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang melakukan kegiatan untuk menanami lahan yang sudah gundul atau kritis.

Menurut Azizi, datangnya Inalum ke pantai sejarah ini bukanlah yang pertama. Inalum sudah mulai mendorong kelompok tani mangrove mulai dari tahun 2003-2005 dimulai dari biaya penanaman untuk mencoba penanaman, lalu bantuan untuk pembuatan nursery atau pembibitan mangrove hingga bantuan untuk pengeluaran bibit.

"Jadi biaya deliverynya berpindah ke pantai sejarah ini juga dan kami alih fungsikan anggaran dari pembibitan yang semula dari lokasi awal ke lokasi yang baru karena jika diteruskan akan rugi. Kontribusi inalum ya dari penanaman, pembibitan sangat membantu," ujarnya.

Tak hanya itu saja, sampai hari ini, lanjut Azizi peran Inalum di pantai sejarah juga banyak memberi bantuan seperti kayu fillet, membuatkan tempat duduk/selfie dan dikelola oleh pemerintah desa.

Sebagai informasi, detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar